Prabowo Beberkan 4 Pelajaran Penting dari Perang Rusia-Ukraina
Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengambil pelajaran berharga dari perang Rusia-Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari 2022.
Kamis, 10 Nov 2022 12:46 WIB
Menhan Prabowo di TNI AU di Puri Ardhya Garini I Lanud Halim Perdanakusuma

Dekade08.id | dilansir nasional.sindonews.com JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengambil pelajaran berharga dari perang Rusia-Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari 2022. Kelebihan yang dimiliki "Negeri Beruang Merah" ternyata tidak menjamin keunggulan dalam pertempuran udara. "Apa sebab-sebabnya? Ini juga saya kutip dari penilaian sumber-sumber internasional. Pertama, serangan-serangan mereka tidak efektif memberikan pukulan di hari-hari pertama, serangan-serangan tidak terkonsentrasi, tetapi tersebar, sehingga pertahanan dan kekuatan udara Ukraina masih mampu beroperasi," tuturnya dalam seminar TNI AU di Puri Ardhya Garini I Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Selasa (8/11/2022). Faktor berikutnya, kemampuan serangan siber Rusia tak terintegrasi dengan serbuan fisik. Kremlin pun dinilai gagal menetralisasi serangan udara Ukraina. Keempat, kekuatan Rusia tidak berhasil mengintegrasikan intelijen taktis. Rusia tampak tidak memiliki rencana efektif untuk melawan drone dan unmanned aerial system dari Ukraina. "Ini bukan saya pro Rusia, atau saya pro Ukraina, tidak. Ini pelajaran yang bisa kita ambil, dan bisa Saudara kaji, dan Saudara bantah. Ini saya lempar untuk Saudara bahas dan mencari pengaruh dan apa yang bisa kita dapat dari pelajaran itu," imbuh dia. Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina, Ini Ramalan Prabowo tentang Perang Generasi Keenam Lebih jauh, Prabowo memaparkan, Kementerian Pertahanan (Kemhan) juga telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan teknologi alat utama sistem senjata (alutsista) guna memperkuat sistem pertahanan dan keamanan nasional dalam rangka menjaga kedaulatan. Peningkatan kompetensi SDM ditandai dengan peluncuran empat fakultas anyar jenjang S-1 di Universitas Pertahanan (Unhan), yang berada di bawah Kemhan). Penambahan melingkupi Fakultas Teknik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Farmasi. "Saya lihat waktu itu adanya aset begitu penting ini, tapi waktu itu ada kekurangan. Menurut saya, kekurangannya adalah kekurangan sangat vital, kritis. Kekurangannya yaitu bahwa kita menyelenggarakan pendidikan S-2 dan S-3 dan sebagian besar di bidang manajemen, di bidang strategi," katanya. "(Penambahan fakultas sebagai) antisipasi yang terjelek bukan menyebarkan pesimisme, tapi meningkatkan kemampuan kita untuk menghadapi ancaman. Demikian juga dengan akibat biologis ini, sekarang kita hadapi bahaya kenaikan harga pangan, langkanya pangan. Belum lagi akibat perang Ukraine dan Rusia," sambungnya. Prabowo menambahkan, penyelenggaraan pendidikan di Unhan diberikan secara cuma-cuma. Namun, dikhususkan bagi anak-anak berprestasi secara akademis. Setidaknya memiliki kecerdasan intelektual (intellectual intelligence/IQ) minimal 120.

 

"Unhan kita terapkan penerimaan anak-anak hanya dengan IQ 120 ke atas dan harus dibuktikan bahwa dia mampu mencapai nilai 9 di bidang matematika dan fisika 3 tahun berturut-turut sebelum masuk universitas. Ini sangat sulit dan ini tidak bisa kita izinkan adanya nota-nota, surat-surat rekomendasi anaknya ini, keponakannya itu. Tidak ada!" tegasnya. Selain peningkatan kompetensi di bidang SDM melalui pendidikan, lanjut Prabowo, kerja sama pertahanan juga telah dibangun Indonesia. Contohnya seperti yang dilakukan Indonesia dalam pengembangan jet tempur yang bekerja sama dengan Korea Selatan. Unit ini diberi nama Korea Fighter eXperiment dan Indonesia Fighter eXperiment (KFX/IFX). Menurut Prabowo, segala terobosan tersebut mesti dilakukan sejak dini lantaran tidak ada hasil yang diciptakan dalam waktu singkat untuk mengejar ketertinggalan. Dicontohkannya dengan program Presiden pertama RI, Soekarno, untuk mencetak cendekiawan. "Dulu, waktu Bung Karno kirim anak-anak kita belajar teknologi, belajar fisika, belajar kedirgantaraan, Pak Habibie dikirim, semua dikirim, kira-kira tahun '57-'58. Baru kita mampu membuat pesawat pertama mungkin tahun '80. Bayangkan, '58 sampai tahun '80, hampir 25 tahun, seperempat abad baru kita mampu," tandasnya.